Social Intelligence, sebuah kecerdasan yang lain

social-intelligence

 

Seringkali saya melihat banyak dosen atau teman atau seorang peneliti yang pintar dan genius tetapi sulit untuk mentransfer ilmu, sulit untuk mengemukakan ide-idenya bahkan sulit menjual dirinya untuk meyakinkan orang untuk melakukan hal yang lebih besar. Akhirnya mereka mengurung dalam ruang lingkupnya sendiri tanpa bisa melakukan sesuatu yang lebih untuk masyarakat banyak. Kalau melihat gambaran saya saat kuliah mungkin juga seperti itu, dulu dengan mengurung diri saya sanggup memecahkan semua soal-soal sulit tanpa bisa menerangkannya kepada orang lain. Dengan beriringnya waktu saya memahami kalau IQ itu tidak sepenuhnya berguna. Pernahkah anda menjumpai orang atau teman yang kalau ngomong selalu tidak nyambung ? Menjadi aneh atau bahan tertawaan di suatu komunitas. Ya.. karakter sangat mempengaruhi, tapi saya lihat ada sesuatu yang membuat mereka tidak bisa melebur sepenuhnya ke dalam suatu komunitas.

Setelah saya membaca bukunya Daniel Goleman : “Social Intelligence dan bukunya Gerard Nierenberg dan Henry Carera : How to read person like book” saya menyadari bahwa ada kecerdasan yang lain yang diperlukan untuk dapat “to be smart”. Daniel Goleman menyebutnya dengan Social Intelligence yang didefinisikan dengan : Kesadaran social (social Awarness)-apa yang kita rasakan tentang orang lain dan fasilitas social (Social facility). Kesadaran social adalah suatu

  • empati dasar (primal empathy) : ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain, merasakan sinyal emosi nonverbal dari orang lain.
  • Attunement : mendengarkan dengan seksama
  • Ketepatan empati (Empathic accuracy): memahami pikiran, perasaan dan keinginan seseorang
  • Kognisi social (Social cognition) : memahami bagaimana dunia social bekerja.

Sedangkan fasilitas social (Social facility) :

  • Sinkronisasi : Berinteraksi secara halus pada level nonverbal
  • Mengambil peran (self-presentation) : mengambil peran kita secara efektif
  • Pengaruh (influence) : Membentuk luaran dari suatu interaksi social
  • Concern : perhatian dengan keperluan orang lain dan berbuat sesuai dengan porsinya

 

Itu mungkin jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaan saya yang timbul. Kenapa beberapa teman saya meskipun pandai dalam computer, bahasa , sains, analisis, tetapi tidak kelihatan cerdas di kehidupan sosialnya bahkan cenderung jadi bahan tertawaan. Beberapa kali saya mencoba mempraktekkan bagaimana membaca bahasa nonverbal. Setiap kali rekan kerja saya tanya “kok kamu tahu maksud bos sebelum dia menyelesaikan kata-katanya ?” Atau rekan bos saya tanya “Emang kamu tahu maksud dia?” Begitu saya terangkan apa maksud bos saya, bos saya bilang “Tuch khan dia bisa mengerti tanpa saya harus terangkan panjang lebar “ . Begitu juga dalam menghadapi anak buah yang tidak selalu setuju atau bahkan protes tetapi tidak berani mengatakannya. Kita bisa melihat dari pandangan matanya, nada bicaranya dan gerak tubuhnya. Saya suka melihat hal-hal seperti ini kemudian mencari jalan alternatifnya daripada mereka diam-diam membangkang di belakang kita ? . Social intelligence juga bermanfaat dalam menghadapi orang yang suka menjilat, ,memanipulasi dan memanfaatkan kita untuk kepentingan mereka sendiri. Jadi Social intelligence akan sangat berguna dalam hal yang lebih besar yaitu “Leadership”

Saya sebagai orang Jawa mungkin mempunyai kelebihan dalam hal ini karena orang Jawa bahasanya tidak lugas dan seperti apa adanya. Ohhhh kalau anda memperhatikan dalam kata-kata yang halus banyak tersimpan makna yang kadang mengagetkan. Jadi jangan terbuai kata-kata lemah lembut dan halus karena kadang itu lebih tajam dari pisau belati atau silet. Kadang bahasa seperti ini sangat berguna dalam negosiasi tetapi ingat anda harus mempunyai Social Intelligence!.

Saya masih ingin menggali lagi tentang hal ini, tetapi saya senang bisa mengungkapkan hal ini. Semoga bermanfaat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top